Kalender Jawa Mei 2023 Lengkap Online Hari Ini, Cek Disini!

Kalender Jawa merupakan sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Jawa. Dalam sistem ini, terdapat perhitungan waktu yang unik dan berbeda dari kalender Gregorian yang lazim digunakan secara internasional.

Penggunaan Kalender Jawa sangat erat kaitannya dengan kehidupan budaya, adat istiadat, dan keagamaan masyarakat Jawa.

Fungsi utama Kalender Jawa adalah untuk menentukan hari-hari penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, seperti perayaan hari raya, upacara adat, dan momen keagamaan. Selain itu, kalender ini juga membantu dalam menentukan waktu yang baik untuk berbagai aktivitas.

Ada beberapa jenis Kalender Jawa yang dikenal, di antaranya adalah kalender Surya Sengkala dan kalender Wulan Sengkala. Kedua jenis ini memiliki perbedaan dalam perhitungan waktu dan sistem penanggalannya, namun tetap saling melengkapi dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Sejarah Kalender Jawa dan Awal Pemakaiannya

Sejarah Kalender Jawa dan Awal Pemakaiannya

Sejarah Kalender Jawa dimulai pada tahun 1633 Masehi. Saat itu Sultan Agung Hanyokrokusumo menciptakan sistem penanggalan yang kemudian tersebar di Kesultanan Mataram dan kerajaan lain yang terpengaruh olehnya. 

Kalender Jawa ini memiliki akar sejarah yang panjang, sejak lahir pada tahun 911 Sebelum Masehi oleh Mpu Hubayun. Tepatnya pada sekitar tahun 50 Sebelum Masehi, terdapat perubahan aksara dan sastra Jawa yang dilakukan oleh Prabu Sri Mahapunggung I. 

Kalender Jawa yang kita kenal saat ini dikembangkan berdasarkan konsep Sangkan Paraning Bawana, yang menggambarkan asal-usul dan isi semesta.

Peran Kesultanan Mataram sangat penting dalam menyebarkan kalender Jawa, sehingga sistem penanggalan ini masih diwariskan turun-temurun hingga kini. Kalender Jawa digunakan hampir di seluruh Pulau Jawa dan memiliki sistem penanggalan yang unik. Terdapat dua siklus mingguan, yaitu siklus tujuh hari dan siklus pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran.

Keunikan kalender Jawa terletak pada penggabungan beberapa sistem penanggalan yang menginspirasinya, seperti sistem penanggalan hijriyah, sistem penanggalan Hindu, dan sistem penanggalan Masehi dari budaya Barat. Ketiga sistem tersebut semula beredar dan digunakan secara terpisah di masyarakat.

Namun, demi memperkuat persatuan di wilayah Mataram dalam menghadapi bangsa asing, Sultan Agung menggabungkan ketiga sistem penanggalan tersebut. Hal ini menjadikan Kalender Jawa lebih inklusif dan mampu mempersatukan berbagai elemen budaya di Jawa.

Demikian sejarah singkat Kalender Jawa yang telah berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Jawa. Keberlanjutan penggunaan kalender ini mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang terus dilestarikan di Pulau Jawa.

Bulan dalam Kalender Jawa

Bulan dalam Kalender Jawa

Dalam kalender Jawa terdapat 12 bulan yang diikuti sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai sekarang tetap berjalan. Bulan ini menjadi salah satu alat untuk melakukan ritual sampai mencari tanggal dan bulan baik untuk pernikahan. Berikut daftar bulan dalam tanggalan Jawa selengkapnya.

Sura

Sura

Sura, bulan pertama dalam kalender Jawa, sering dianggap sebagai bulan penuh sial. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan masyarakat Jawa bahwa selama bulan Sura, terdapat banyak roh jahat yang berkeliaran. 

Oleh karena itu, banyak ritual ditiadakan selama bulan ini, seperti acara pernikahan dan sunatan, karena diyakini akan membawa kesialan bagi yang melakukannya. Namun, bukan berarti bulan Sura tidak bisa dipenuhi dengan kegiatan yang baik dan positif. 

Sebaliknya, bulan Sura juga menjadi momen penting untuk melakukan acara ruwatan dan memohon keselamatan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya untuk menghindari kesialan dan mendapatkan perlindungan dari roh jahat yang berkeliaran selama bulan Sura.

Sapar

Sapar

Sapar merupakan bulan kedua dalam tanggalan Jawa yang sering dianggap sebagai bulan yang penuh sial baik bagi masyarakat Jawa maupun Islam. Banyak nasib sial yang muncul selama bulan ini, seperti kecelakaan, bencana alam, hingga kematian. 

Oleh karena itu, Anda disarankan untuk memperbanyak ibadah dan berdoa agar terhindar dari segala macam bencana. Meski dianggap sebagai bulan yang kurang baik, Sapar sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam dalam kebudayaan Jawa. 

Bulan ini merupakan momen untuk introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan. Selain itu, Sapar juga menjadi momen untuk meningkatkan kualitas spiritualitas Anda, sehingga Anda bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Mulud

Mulud

Mulud adalah bulan ketiga dalam Kalender Jawa yang sering dianggap sebagai bulan penuh berkah. Pada bulan ini, masyarakat Jawa yang beragama Islam sering bersolawat memperingati hari lahir Nabi Muhammad. 

Anda bisa melihat banyak orang yang melakukan shalawatan dan membaca kitab Maulid Nabi di masjid-masjid atau di rumah masing-masing. Tradisi solawatan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad juga dilakukan di beberapa daerah dengan cara keliling kampung. 

Di sini, masyarakat saling bergotong royong untuk menyediakan makanan dan minuman untuk para pengunjung. Acara ini biasanya diisi dengan pembacaan kitab Maulid Nabi dan zikir bersama. Selain itu, ada juga yang menampilkan kesenian seperti tari-tarian dan musik tradisional.

Bakdamulud

Bakdamulud

Bulan keempat dalam Kalender Jawa, yakni Bakda Mulud, seringkali dianggap sebagai bulan penuh berkah. Di masa ini, masyarakat Jawa tetap meningkatkan ibadah sebagai tanda syukur dan penghormatan kepada Sang Pencipta. 

Bulan ini juga dipercaya sebagai bulan suci karena tetap mengingatkan pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim di seluruh dunia untuk memperbanyak ibadah dan amalan kebaikan pada bulan ini.

Meski memiliki makna spiritual yang mendalam, pada Bulan Bakda Mulud juga boleh dilakukan ritual dan acara besar. Misalnya, masyarakat Jawa kerap merayakan hari lahirnya para wali atau guru spiritual dengan menggelar berbagai macam acara seperti kirab, tahlilan, dan doa bersama.

Jumadilawal

Jumadilawal

Jumadil awal adalah bulan kelima dalam kalender Jawa. Bulan ini sering dianggap sebagai bulan yang kering dan tidak cocok untuk bertanam. 

Jika Anda ingin menanam tanaman di bulan ini, Anda perlu memperhatikan dengan baik kondisi tanah dan cuaca yang akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Selain itu, Anda juga harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya penyakit pada tanaman.

Meskipun bulan Jumadil awal dianggap sebagai bulan yang kering, tetapi faktanya hujan masih mungkin turun di bulan ini. Oleh karena itu, Anda tetap harus mempersiapkan diri dengan baik jika terjadi hujan yang deras.

Jumadilakhir

Jumadilakhir

Jumadil Akhir sering dianggap sebagai bulan yang kering terakhir sebelum musim hujan tiba. Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa bulan ini dianggap kering terakhir? Hal ini disebabkan karena pada bulan ini, hujan sudah mulai jarang terjadi sehingga cocok untuk memulai penanaman padi dan sayuran.

Meskipun Jumadil Akhir sering dianggap sebagai bulan yang kering, tetapi sebenarnya masih ada beberapa hari hujan yang terjadi pada bulan ini. Oleh karena itu, para petani tetap harus waspada dan siap menghadapi cuaca yang berubah-ubah.

Selain itu, bulan Jumadil Akhir juga dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan pembersihan dan persiapan lahan sebelum memulai penanaman. Dengan mempersiapkan lahan dengan baik, diharapkan tanaman yang ditanam akan tumbuh dengan baik.

Rejeb

Rejeb

Rajab adalah bulan ketujuh dalam Kalender Jawa yang sering dianggap sebagai bulan penuh kemuliaan. Banyak masyarakat Jawa yang mengadakan acara rajaban pada bulan ini. Selain itu, Rajab juga merupakan bulan yang dianggap sakral dan memiliki anjuran untuk memperbanyak ibadah.

Dalam masyarakat Jawa, Rajab dianggap sebagai bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan. Banyak orang Jawa yang mengadakan acara rajaban untuk memperingati datangnya bulan Rajab. Selama acara tersebut, biasanya dilakukan beberapa kegiatan seperti zikir, pembacaan doa, dan juga makan bersama. 

Selain itu, Rajab juga memiliki anjuran untuk memperbanyak ibadah setiap saat seperti saat Pasa atau Ramadan. Banyak orang Jawa yang memanfaatkan bulan ini untuk memperdalam agama dan meningkatkan kualitas ibadahnya.

Ruwah

Ruwah

Ruwah atau Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Jawa yang sering dianggap sebagai bulan penuh kemuliaan. Pada bulan ini, umat Muslim di Indonesia dan sekitarnya akan mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan yang akan datang.

Banyak ibadah yang akan ditingkatkan pahalanya pada bulan ini, seperti shalat malam dan membaca Al-Quran. Anjuran untuk memperbanyak ibadah khususnya pada tengah bulan atau nisfu syaban menjadi hal yang sangat penting dalam kepercayaan masyarakat Indonesia.

Selain meningkatkan ibadah, masyarakat juga sering melakukan tradisi khusus pada bulan ini, seperti kenduri ruwah atau malam ruwah, yang merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur.

Pasa

Pasa

Pada bulan kesembilan dalam kalender Jawa, sering dianggap sebagai bulan Ramadhan. Bulan ini sangat dihormati oleh masyarakat Jawa yang beragama Islam karena banyak kegiatan keagamaan yang dilakukan selama bulan ini. Anda dapat melihat orang Jawa yang meningkatkan ibadah, seperti shalat tarawih, membaca Al-Quran, dan berpuasa.

Selama bulan ini, ritual keagamaan seperti tahlilan dan pengajian juga banyak dilakukan. Selain itu, masyarakat Jawa juga melakukan tradisi-tradisi khas Jawa yang terkait dengan bulan Ramadhan, seperti berbagi makanan dengan tetangga dan saudara, serta menggelar pasar malam Ramadhan di sepanjang jalan.

Namun, perlu diketahui bahwa bulan kesembilan dalam kalender Jawa tidak selalu jatuh pada bulan Ramadhan dalam kalender Hijriyah. Hal ini disebabkan karena perbedaan sistem penanggalan antara kalender Jawa dan kalender Hijriyah.

Sawal

Sawal

Pada bulan ini, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri, yang merupakan salah satu perayaan terbesar di Indonesia. Selain itu, bulan Kesepuluh juga diisi dengan berbagai aktivitas sosial dan budaya, seperti ziarah ke makam leluhur, kenduri, dan pertemuan keluarga.

Salah satu aktivitas yang paling penting selama bulan Kesepuluh adalah bersilaturahmi. Masyarakat Jawa Islam menganggap penting untuk mempererat hubungan antara sesama, terutama selama Hari Raya Idul Fitri. 

Selama bulan ini, orang-orang biasanya berkunjung ke rumah kerabat dan teman, serta melakukan pertemuan keluarga besar. Hal ini membantu memperkuat hubungan antara sesama, serta mempererat ikatan sosial dan budaya di antara masyarakat Jawa Islam.

Dulkaidah

Dulkaidah

Bulan Dulkaidah juga dianggap sebagai bulan yang cocok untuk melaksanakan kegiatan bermusyawarah dan membuka usaha baru. 

Dalam kepercayaan Jawa, bulan ini juga dianggap sebagai bulan yang dapat memberikan kekuatan spiritual dan mental bagi seseorang. Oleh karena itu, banyak orang yang memilih bulan Dulkaidah untuk melakukan berbagai kegiatan penting dalam hidup mereka.

Besar

Besar

Bulan terakhir dalam kalender Jawa yang sering dianggap sebagai bulan penuh kebaikan adalah Bulan Besar. Bulan ini dianggap istimewa karena dipercaya membawa banyak berkah bagi yang menjalankan puasa dan amalan lainnya.

Selain itu, Bulan Besar juga menjadi bulan saat Idul Adha dilakukan. Hari raya yang diadakan untuk memperingati ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dengan menyembelih putranya yang dicintainya, Ismail. Di Indonesia, Idul Adha biasanya diiringi dengan penyembelihan hewan kurban yang kemudian dagingnya dibagikan kepada yang membutuhkan.

Namun, meskipun sering dikaitkan dengan Idul Adha, Bulan Besar juga dikenal sebagai bulan bukan Haji. Artinya, Bulan Besar bukanlah bulan di mana umat Muslim melakukan ibadah haji ke Mekah.

Penghitungan Weton dalam Kalender Jawa

Penghitungan Weton dalam Kalender Jawa

Weton memegang peranan penting dalam pernikahan, terutama untuk menilai keserasian dan menetapkan waktu yang tepat untuk menggelar pernikahan. Dalam menghitung weton, kita menggunakan neptu yang didapatkan dari penjumlahan weton kedua calon mempelai.

Neptu dihasilkan dari penjumlahan angka berdasarkan hari kelahiran dalam kalender Masehi dan hari Jawa. 

Berikut angka dasar neptu dalam Masehi: Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jumat (6), Sabtu (9), dan Minggu (5). 

Sementara untuk hari Jawa atau kalender jawa weton: Legi (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), dan Kliwon (8).

Untuk menghitung weton, Anda perlu menjumlahkan angka dari masing-masing hari kelahiran calon mempelai. Sebagai contoh, jika pria lahir pada Jumat Legi, maka neptu-nya adalah 6+5=11. Sedangkan wanita lahir pada Rabu Pon, neptu-nya adalah 7+7=14. Selanjutnya, jumlahkan neptu keduanya, yaitu 11+14=25.

Setelah mendapatkan jumlah neptu, Anda bisa mencocokkan hasil tersebut dengan rumus baku yang sudah ada. Rumus ini terdiri dari delapan kategori, yaitu: Pegat (1, 9, 10, 18, 19, 27, 28, 36), Ratu (2, 11, 20, 29), Jodoh (3, 12, 21, 30), Tapa (4, 13, 22, 31), Tinari (5, 14, 23, 32), Padu (6, 15, 24, 33), Sujanan (7, 16, 25, 34), dan Pesthi (8, 17, 26, 35).

Dengan demikian, Anda dapat mengevaluasi sejauh mana keserasian kedua calon mempelai berdasarkan weton dan neptu mereka. Selain itu, Anda juga dapat menentukan kapan waktu yang baik untuk mengadakan pernikahan dengan mempertimbangkan hasil perhitungan weton tersebut.

Menghitung weton dan neptu memang menjadi salah satu tradisi dalam pernikahan, terutama di Indonesia. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kebahagiaan pernikahan tidak hanya ditentukan oleh weton saja, melainkan juga dari komitmen dan usaha bersama kedua pihak dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Fungsi Kalender Jawa

Fungsi Kalender Jawa

Kalender Jawa memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat Jawa dan Indonesia. Beberapa fungsi utama dari Kalender Jawa adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Hari Baik dan Buruk

Selain menentukan waktu hari raya, Kalender Jawa juga digunakan untuk menentukan hari baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, jika seseorang ingin mengadakan acara atau memulai usaha, mereka akan memilih hari ini yang dianggap baik menurut Kalender Jawa. 

2. Menentukan Nama Bayi

Di Indonesia, nama bayi seringkali diambil dari Kalender Jawa. Setiap bulan dalam Kalender Jawa memiliki nama-nama bayi yang unik dan bermakna. Misalnya, bayi yang lahir pada bulan Sura dapat diberi nama Surya atau Suryani, yang berarti sinar matahari.

3. Menentukan Waktu untuk Menanam dan Panen

Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan. Kalender Jawa digunakan untuk menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan panen berbagai tanaman, terutama di wilayah Jawa.

Baca Juga:

Dengan memahami Kalender Jawa, kita dapat mengapresiasi kekayaan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Sistem penanggalan ini mencerminkan perpaduan antara unsur keagamaan, budaya, dan kearifan tradisional yang patut untuk dijaga dan dilestarikan.

Sebagai penutup, penting bagi kita untuk terus menggali dan mempelajari sistem penanggalan tradisional seperti Kalender Jawa. Hal ini akan membantu kita memahami bagaimana nilai-nilai luhur, adat istiadat, dan kearifan lokal tetap relevan dalam kehidupan masyarakat yang semakin modern.